Upaya pengembangan dan
struktur pertahanan sangat terkait dengan kondisi keuangan negara.
Kekuatan pertahanan
Indonesia kini sudah tidak bisa dianggap remeh. Setidaknya hal itu bisa dilihat
dari kekuatan alutsista dan kekuatan militernya di kawasan Asia. Menurut
lembaga analisis militer Global Firepower, kekuatan Indonesia kini berada di
urutan 15 dunia sejak Juni 2013.
Sebelumnya, tahun
2011, Indonesia masih berada di peringkat 18 besar dunia. Untuk kawasan Asia
Pasifik, Indonesia tercatat sebagai negara terkuat nomor 7, jauh di atas
Malaysia (33) dan Singapura (47).
Penambahan sejumlah alat utama sistem
persenjataan (alutsista) yang dibeli Kementerian Pertahanan membuat TNI makin
"bergigi" di darat, laut, dan udara. Pembangunan kekuatan pertahanan
memang sebuah keharusan.Semakin kuat, canggih, modern, efektif,
dan efisien alutsista serta kekuatan militer suatu negara, menunjukkan kuatnya
pertahanannya. Demikian pula, kemajuan alutsista sangat berpengaruh terhadap
pertahanan suatu negara. Alutsista bahkan bisa berpengaruh terhadap kedudukan
suatu negara dalam diplomasi politik internasional.
Kekuatan pertahanan kita juga harus
terus diperkuat karena kondisi geografis wilayah Indonesia dengan jumlah
sebaran pulau dan sebaran penduduk yang luas dan potensi ancaman keamanan
nasional yang tinggi.Contohnya pelanggaran wilayah perbatasan
darat, gangguan keamanan di laut dan pelanggaran wilayah yurisdiksi laut,
pemanfaatan ruang udara nasional secara ilegal, dan upaya-upaya penguasaan
wilayah Indonesia oleh negara lain.Upaya pengembangan postur dan struktur
pertahanan sangat terkait dengan kondisi keuangan negara. Berdasarkan Peraturan
Presiden RI Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJM) Tahun 2010–2014, terurai berbagai permasalahan di bidang
pertahanan. Untuk postur pertahanan misalnya, keterbatasan keuangan negara dan
skala prioritas pembangunan berdampak pada masih rendahnya anggaran pertahanan.
Pada awal RPJMN
2004-2009, alokasi anggaran pertahanan sebesar 1,1 persen PDB, tetapi dalam
pelaksanaannya justru menunjukkan penurunan. Dalam tiga tahun terakhir belanja
pertahanan berturut-turut 0,92 persen PDB (2007); 0,70 persen PDB (2008); dan
0,63 persen PDB (2009).
Menurut Buku Putih
Pertahanan (Dephan, 2008) dalam rangka mewujudkan minimum essential force dalam
2-3 tahun mendatang total anggaran pertahanan diharapkan dapat mencapai di atas
1 persen dari PDB dan selanjutnya meningkat menjadi minimal 2 persen dari PDB
dalam kurun waktu 10-15 tahun ke depan.
Pengeluaran anggaran pertahanan negara
kita, masih jauh di bawah negara negara di kawasan Asia Tenggara. Negara dengan
wilayah terluas dan penduduk terbesar di Asia Tenggara justru anggaran
milternya hanya 0,7 persen dari PDB atau hanya menduduki urutan ketujuh.
Menurut laporan Bank Dunia dan SIPRI
(2012), selama 2000-2012, persentase PDB untuk anggaran militer negara Asia
Tenggara masing masing adalah Singapura mencapai 4,3 persen PDB; Brunei
Darussalam 3,2 persen; Vietnam 2,2 persen; Malasyia 2,0 persen; Thailand 1,4
persen; dan Filipina 1,4; serta Indonesia berada dalam posisi terendah mencapai
0,7 persen dari PDB.Berdasarkan rata rata jumlah anggaran
yang dikeluarkan sesuai dengan laporan yang dikeluarkan oleh SIPRI, pada
periode 2000-2011, Singapura mengalokasikan US$ 7,5 miliar sehingga menempati
peringkat pertama. Jumlah anggaran Indonesia hanya nomor empat terbesar, yakni
US$ 3,7 miliar setelah Malasyia sebesar US$ 3,8 miliar, dan Thailand US$ 3,7
miliar.Dilihat dari total anggaran yang
disediakan, Singapura juga menjadi yang terbesar dengan angka total US$ 70,2
miliar pada periode 2003-2011. Indonesia di posisi ketiga sebesar US$ 36 miliar
setelah Malasyia US$ 38 miliar.Dilihat dari pengeluaran untuk sektor
pertahanan, tampak jelas bahwa Singapura ingin membangun kekuatan militer yang
mumpuni bahkan serius membangun hegemoni militer di Asia Tenggara.
Bahkan dengan alokasi anggaran
militernya yang tinggi terhadap PDB, telah menempatkan negara mungil di Asia
Tenggara tersebut termasuk negara yang sangat militeristis. Singapura berada
dalam posisi kedua setelah Israel sebagai negara paling militeristis di dunia
berdasarkan indeks militerisasi global (GMI).Bagaimana dengan pengeluaran anggaran
militer negara di Asia lainnya? Untuk membandingkan hal ini, contoh paling konkret
adalah China, negara paling pesat dalam modernisasi kekuatan militer di Asia.Hal ini bisa dilihat dari anggaran
pertahanan China yang meningkat signifikan. Dalam tahun 2013, China yang
berencana untuk meningkatkan anggaran pertahanan sebesar 10,7 persen menjadi
720.200.000.000 yuan atau sekitar US$ 115.700.000.000 pada 2013. Anggaran
tersebut juga setara dengan 66 persen APBN Indonesia pada 2013 yang ditetapkan
Rp 1.683 triliun.
Menurut laporan lembaga konsultan
pertahanan dan keamanan IHS Jane’s (Juni 2013) China diperkirakan meningkatkan
anggaran pertahanan sebanyak 64 persen menjadi US$ 207 miliar pada 2021,
dibandingkan dengan India dan Indonesia yang masing-masing diperkirakan
menaikkan anggaran sebesar 54 persen dan 113 persen, menurut studi tersebut.Negara-negara ini ingin membangun
industri-industri pertahanan yang tumbuh subur dan mampu mengembangkan
peralatan modern seperti jet tempur dan pesawat induk, dan mungkin mengekspor
“alat-alat kelas dunia” yang menyaingi Barat dalam kurun satu dekade.Berdasarkan laporan rancangan anggaran
pada Kongres ke-12 Rakyat Nasional China, peningkatan anggaran tersebut akan
difokuskan untuk memodernisasi sistem informasi militernya, dan menjaga
keamanan nasional serta menjamin kelangsungan hidup masyarakat.
Meskipun anggaran pertahanan China ini
meningkat dari tahun sebelumnya, tapi sebenarnya merupakan sedikit mengalami
penurunan, mengingat pada 2012 naik 11,6 persen dan tahun 2011 mengalami
kenaikan sebesar 12,7 persen. Pada 2012, China menghabiskan anggaran sekitar
US$ 103,3 miliar untuk pertahanan dan militernya atau naik sekitar 11,6 persen
dari tahun sebelumnya.Anggaran pertahanan China pada 2011
ialah US$ 119,8 miliar. Pada 2015, anggaran akan dinaikkan dua kali lipat
menjadi US$ 238,2 miliar atau naik 18,75 persen per tahun dalam kurun waktu
tersebut.
Kenaikan anggaran untuk tahun 2015 itu
melampaui semua anggaran dari 12 negara di Asia Pasifik, yang diperkirakan
mencapai total US$ 232,5 miliar. Kisaran anggaran China itu setara empat kali
belanja pertahanan Jepang pada tahun yang sama. China tampaknya ingin
memperkuat pertahanannya melampaui negara-negara lain.
Maka sebab itu kebutuhan negara dalam membeli dan membuat alat persenjataan haruslah di dukung oleh negara tersebut,karna fungsinya juga sangat dibutuhkan bagi suatu negara dalam menjaga kedaulatan negaranya,dan mempunyai perangkat-perangkat mesin perang memang harus di perbanyak,dengan adanya persenjataan (alutsista) tersebut negara bisa jadi aman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar