Rabu, 23 April 2014

Kehidupan masyarakat di Perbatasan Negara Indonesia-Malaysia
Indonesia dan malaysia merupaka dua negara yang bertetangga,negara yang selalu bersihtegang satu sama yang lainnya, pertentangan-pertentangan tentang berbagai ragam budaya yang saling mengklaim dan di akui oleh pihak malaysia. Tapi dalam hal konteks tersebut semuanya tidak berarti bagi masyarakat atau penduduk kedua negara ini di perbatasan masing-masing negara,seperti di Pulau Kalimantan, tepatnya di Nunukan. Yang perlu di perhatikan dalam dalam hal ini adalah WNI yang bekerja di Malaysia dan Pendidikan Anak-anak WNI di Perbatasan kedua negara.
Miris dan sedih, trenyuh, semua perasaan menjadi satu. Masalahnya yaitu Tak lain dan tak bukan adalah perhatian lebih dari pemerintah Malaysia melebihi perhatian pemerintah Indonesia sendiri.kebanyakan orang atau penduduk indonesia yang ada diperbatasan ke dua negara ini merasa terasingkan dan tidak diperdulikan oleh pemerintah indonesia sendiri yang harusnya menjadi tanggung jawab negara kesatuan republik indonesia tersebut untuk mengayomi warganya.
Warga Negara Indonesia atau biasa kita sebut WNI yang tinggal di perbatasan negara, memang perlu kita akui bahwa mereka kurang mendapat perhatian yang layak oleh pemerintah di negara mereka sendiri, Indonesia. Di perbatasan, mereka kurang mendapat Pendidikan yang layak, pekerjaan yang minim. Karena itulah mereka memaksakan diri untuk pergi ke Malaysia mengadu nasib. Mereka tidak memiliki modal apa-apa kecuali keinginan untuk hidup yang lebih baik.
Di Malaysia, tepatnya di Sabah, pemerintah disana sangat terbuka menerima WNI ini sebagai TKI. Malah kalau boleh saya bilang, pemerintah Malaysia sangat membutuhkan mereka malahan. Namun, membutuhkan tenaga mereka bukanlah tanpa imbal balik. TKI di Malaysia sebagian besar bekerja di sektor buruh. Baik itu ke perkebunan kelapa sawit, pertanian, karyawan restoran dan lain-lain.
Dalam acara tersebut, ada salah satu PT di Malaysia yang menaungi atau mempekerjakan orang Indonesia. Pemilik PT tersebut sadar jika TKI ini sebagian besar tidak bisa membaca, bahkan menulis nama diri mereka sendiri tidak bisa. Apa yang dilakukan orang Malaysia ini? Kaget muncul dalam benak ini, mereka memberikan pendidikan gratis untuk TKI atau WNI di Malaysia. Apa yang mereka berikan? Ini yang lebih mengherankan lagi, “Mereka diajarkan membaca, menulis dan membatik.” Lho, kok membatik? Bukannya ini milik Indonesia? Tentu saja, mereka tidak hanya diajarkan membaca dan menulis namun juga membatik. Mereka mengenal batik dan membuatnya dari Malaysia, bukan Indonesia. Dari pemerintah Indonesia bagaimana? Terbukti, dari pemerintah kita tidak perhatian sama sekali.
Di tambah lagi, orang Malaysia malah menemui konsulat di Nunukan, atau biasa disebut Bupati. Mereka meminta ijin dan rekomendasi kepada Bupati untuk memberikan pendidikan secara gratis di Sabah, Malaysia. Memang kita mau tidak mau harus mengakui bahwa biaya pendidikan di negara kita ini mahal. Tidak mungkin, WNI di perbatasan mampu bersekolah bila pendidikan mahal di Indonesia.
Jika sudah seperti ini bagaimana? Apa yang harus dilakukan pemerintah Indonesia dengan adanya hal seperti ini? melihat anak-anak SD dan SMP upacara bendera di hari Senin, memang mereka mengibarkan bendera Merah Putih, sama seperti saat kita di sekolah dulu. Namun, di samping bendera Merah Putih itu, menjulang terlebih dahulu bendera Malaysia, bahkan siswa Indonesia ini fasih menyanyikan Lagu Kebangsaan Malaysia. Mau kah kita hanya menyaksikan hal seperti ini? Apa yang harus kita lakukan?

Warga yang terasingkan dan tidak diperdulikan keberadaannya,meraka yang telah menjadi pahlawan negara dengan bekerja keluar negri,tetapi mereka tidak diperdulikan,mereka yang membutuhkan pekerjaan,pendidikan dan fasilitas yang lain-lain yang dibutuhkan sehari-hari harus mereka cari keluar dari negara indonesia dan pergi ke negara malaysia,sampai kapankah mereka bisa menunggu untuk diperhatikan dan di beri kelayakan untuk hidup mereka,apakah mereka harus meninggalkan indonesia dan pindah ke negara tetangga tersebut, memang kejadian ini sudah biasa bagi mereka yang berada di perbatasan kedua negara ini, malah sudah banyak warga negara indonesia yang meninggalkan kewarganegaraan mereka yang menjadi warga indonesia menjadi warga negara malaysia,mereka sudah merasa terbuang dan dihianati,untuk mencari kebutuhan sehari-hari bukan dari negaranya sendiri malahan lebih mudah mencari dinegara tetangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar