Kehidupan masyarakat di
Perbatasan Negara Indonesia-Malaysia
Indonesia dan
malaysia merupaka dua negara yang bertetangga,negara yang selalu bersihtegang
satu sama yang lainnya, pertentangan-pertentangan tentang berbagai ragam budaya
yang saling mengklaim dan di akui oleh pihak malaysia. Tapi dalam hal konteks
tersebut semuanya tidak berarti bagi masyarakat atau penduduk kedua negara ini
di perbatasan masing-masing negara,seperti di Pulau Kalimantan, tepatnya di
Nunukan. Yang perlu di perhatikan dalam dalam hal ini adalah WNI yang bekerja
di Malaysia dan Pendidikan Anak-anak WNI di Perbatasan kedua negara.
Miris dan sedih,
trenyuh, semua perasaan menjadi satu. Masalahnya yaitu Tak lain dan tak bukan
adalah perhatian lebih dari pemerintah Malaysia melebihi perhatian pemerintah
Indonesia sendiri.kebanyakan orang atau penduduk indonesia yang ada
diperbatasan ke dua negara ini merasa terasingkan dan tidak diperdulikan oleh
pemerintah indonesia sendiri yang harusnya menjadi tanggung jawab negara
kesatuan republik indonesia tersebut untuk mengayomi warganya.
Warga Negara
Indonesia atau biasa kita sebut WNI yang tinggal di perbatasan negara, memang
perlu kita akui bahwa mereka kurang mendapat perhatian yang layak oleh
pemerintah di negara mereka sendiri, Indonesia. Di perbatasan, mereka kurang
mendapat Pendidikan yang layak, pekerjaan yang minim. Karena itulah mereka
memaksakan diri untuk pergi ke Malaysia mengadu nasib. Mereka tidak memiliki
modal apa-apa kecuali keinginan untuk hidup yang lebih baik.
Di Malaysia, tepatnya
di Sabah, pemerintah disana sangat terbuka menerima WNI ini sebagai TKI. Malah
kalau boleh saya bilang, pemerintah Malaysia sangat membutuhkan mereka malahan.
Namun, membutuhkan tenaga mereka bukanlah tanpa imbal balik. TKI di Malaysia
sebagian besar bekerja di sektor buruh. Baik itu ke perkebunan kelapa sawit,
pertanian, karyawan restoran dan lain-lain.
Dalam acara tersebut,
ada salah satu PT di Malaysia yang menaungi atau mempekerjakan orang Indonesia.
Pemilik PT tersebut sadar jika TKI ini sebagian besar tidak bisa membaca,
bahkan menulis nama diri mereka sendiri tidak bisa. Apa yang dilakukan orang
Malaysia ini? Kaget muncul dalam benak ini, mereka memberikan pendidikan gratis
untuk TKI atau WNI di Malaysia. Apa yang mereka berikan? Ini yang lebih mengherankan
lagi, “Mereka diajarkan membaca, menulis dan membatik.” Lho, kok membatik?
Bukannya ini milik Indonesia? Tentu saja, mereka tidak hanya diajarkan membaca
dan menulis namun juga membatik. Mereka mengenal batik dan membuatnya dari
Malaysia, bukan Indonesia. Dari pemerintah Indonesia bagaimana? Terbukti, dari
pemerintah kita tidak perhatian sama sekali.
Di tambah lagi, orang
Malaysia malah menemui konsulat di Nunukan, atau biasa disebut Bupati. Mereka
meminta ijin dan rekomendasi kepada Bupati untuk memberikan pendidikan secara
gratis di Sabah, Malaysia. Memang kita mau tidak mau harus mengakui bahwa biaya
pendidikan di negara kita ini mahal. Tidak mungkin, WNI di perbatasan mampu
bersekolah bila pendidikan mahal di Indonesia.
Jika sudah seperti
ini bagaimana? Apa yang harus dilakukan pemerintah Indonesia dengan adanya hal
seperti ini? melihat anak-anak SD dan SMP upacara bendera di hari Senin, memang
mereka mengibarkan bendera Merah Putih, sama seperti saat kita di sekolah dulu.
Namun, di samping bendera Merah Putih itu, menjulang terlebih dahulu bendera
Malaysia, bahkan siswa Indonesia ini fasih menyanyikan Lagu Kebangsaan
Malaysia. Mau kah kita hanya menyaksikan hal seperti ini? Apa yang harus kita
lakukan?
Warga yang
terasingkan dan tidak diperdulikan keberadaannya,meraka yang telah menjadi
pahlawan negara dengan bekerja keluar negri,tetapi mereka tidak
diperdulikan,mereka yang membutuhkan pekerjaan,pendidikan dan fasilitas yang
lain-lain yang dibutuhkan sehari-hari harus mereka cari keluar dari negara indonesia
dan pergi ke negara malaysia,sampai kapankah mereka bisa menunggu untuk
diperhatikan dan di beri kelayakan untuk hidup mereka,apakah mereka harus
meninggalkan indonesia dan pindah ke negara tetangga tersebut, memang kejadian
ini sudah biasa bagi mereka yang berada di perbatasan kedua negara ini, malah
sudah banyak warga negara indonesia yang meninggalkan kewarganegaraan mereka
yang menjadi warga indonesia menjadi warga negara malaysia,mereka sudah merasa
terbuang dan dihianati,untuk mencari kebutuhan sehari-hari bukan dari negaranya
sendiri malahan lebih mudah mencari dinegara tetangga.